Berpikir secara berlebihan (over-thinking) bisa menjadikan masalah semakin rumit, menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu, dan menjadikan semua terasa lebih buruk dari yang seharusnya.
Otak adalah alat yang kita gunakan untuk berpikir (mulai dari mempelajari suatu hal baru sampai pada kemampuan untuk bertahan hidup). Dalam prakteknya, manusia memiliki kecenderungan untuk berpikir secara berlebihan. Seperti yang sudah kita ketahui, sesuatu yang berlebihan biasanya berakibat kurang baik.
Aktivitas berpikir yang berlebihan, atau dikenal dengan istilah overthinking, dikategorikan sebagai salah satu jenis gangguan psikologis (psychological disorder).
Overthinking bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti kondisi di mana kita harus memutuskan sesuatu, menentukan pilihan, disertai pola pikir yang cenderung negatif. Overthinking tidak hanya bisa mengganggu kesehatan psikis, tetapi juga fisik kita.
Berikut ini adalah beberapa akibat dari aktivitas berpikir secara berlebihan atau overthinking.
Gangguan cemas (anxiety)
Analysis Paralysis, yaitu saat kita memikirkan sesuatu secara berulang-ulang, lagi dan lagi, namun tidak menemukan solusi dan tidak menghasilkan apapun.
Membuat masalah yang sedang dipikirkan menjadi lebih rumit.
Menguras tenaga dan pikiran secara sia-sia.
Menjadikan semua hal terasa lebih buruk dari yang seharusnya.
Stres dan depresi.
Dampak-dampak negatif tersebut secara keseluruhan berakibat pada terganggunya kreatifitas, produktivitas dan kesehatan.
Overthinking adalah bagian alami dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. Memang tidak bisa dibuktikan secara saintifik, namun secara logika, bisa diasumsikan bahwa semua manusia pernah mengalaminya.
Dalam suatu penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2003 (UMICH), 73% penderita overthinking dari usia 25-35 tahun, 52% dari usia 45-55 tahun, dan 20% dari usia 65-75 tahun.
Salah satu hal yang menarik dari penelitian tersebut adalah penderita dari kalangan usia lanjut relatif lebih sedikit. Suatu hal yang masuk akal, karena orang tua biasanya lebih bijaksana. Selain itu, jumlah penderita wanita lebih besar dari pria, yaitu sekitar 57%.
No comments:
Post a Comment